🦌 Dalam Pementasan Teater Sudut Pandang Pengarang Disebut Juga Dengan
Halini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastra drama dalam pertujukan teater. Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta.
TEATERMATA ANGIN Selasa, 02 November 2010. NASKAH – PENGARANG – PEMENTASAN – PENONTON Naskah naskah drama yang ditulis tahun 1939-an nilai sastranya cukup tinggi, tetapi kemungkinan pentasnya tidak meyakinkan. Naskah yang demikian bersifat komunikatif. Tema relevan dengan keperluan pementasan. 2. Konfliknya cukup tajam
Pengorganisasiandalam pementasan teater di sekolah lebih sesuai dengan bentuk organisasi panitia. Pola ini bersifat praktis dan tentative (sewaktu-waktu) artinya panitia dibentuk sesuai dengan kapasitas kebutuhan yang dibentuk dan dibubarkan sesuai dengan batas waktu berakhir. Berikut yang memiliki tugas dan fungsi kesekretariatan dalam
Sastralakon dalam konteks seni pementasan lebih populer disebut dengan lakon. Sastra lakon dalam konteks seni pementasan lebih. School SMAN 1 Malang; Course Title SENIBUDAYA KELAS12; Uploaded By CommodoreIceSkunk12. Pages 240 This preview shows page 204 - 206 out of 240 pages.
MaxReinhart mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor dalam waktu yang panjang. Gordon Craig merupakan seorang sutradara yang menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater (Herman J. Waluyo, 2001).
Pertanyaan Unsur intrinsik sudut pandang dalam cerpen berisi .
Sudutpandang adalah cara pengarang memposisikan dirinya dalam sebuah cerita. Dalam novel Cerita Cinta Enrico Ayu Utami menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Hal ini dapat dilihat dari kata ganti yang banyak commit to user digunakan. Kata ganti yang banyak digunakan dalam novel Cerita Cinta Enrico adalah kata ganti
MidnightSun bisa diibaratkan sebagai sebuah diary yang khusus memberikan gambaran perasaan Edward dalam kesehariannya, yang mungkin belum pernah diceritakan pada buku sebelumnya. Buku dengan tebal lebih dari 1000 halaman ini memiliki alur yang sedikit lambat, namun sangat mampu menggambarkan setiap kebingungan yang dirasakan oleh
Top3: #6 Tahapan Dalam Merancang Pertunjukan Teater - Materi Pelajar; Top 4: Tahapan Tahapan Pemeranan Tokoh Dalam Pementasan Drama; Top 5: Tahap Tahap Pementasan Teater - MaoliOka; Top 6: Persiapan dan Kelengkapan Pementasan Drama Halaman all; Top 7: proses produksi pementasan drama teater angin sma negeri 1 denpasar
37JZdm. Apa yang anda lihat dan rasakan ketika menonton sepak bola? Sebagai penonton, perasaan anda jelas berbeda dengan apa yang dilihat dan dirasa oleh si pemain yang timnya menang atau malah si pemain yang timnya kalah. Akibat dari kejadian itupun akan berbeda bagi anda, si pemain yang menang, dan si pemain yang kalah. Oleh sebab itu sudut pandang adalah krusial dalam mempengaruhi penyajian cerita dan alurnya. Sudut pandang point of view sendiri memiliki pengertian sebagai cara penulis menempatkan dirinya di dalam cerita. Secara mudah, sudut pandang adalah teknik yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya. Sudut Pandang point of view adalah elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pandangan ini sangat erat dengan teknik bercerita. Sudut Pandang adalah salah satu unsur fiksi yang menjadi kunci kesuksesan cerita. Sebelum kita menulis cerita, harus memutuskan untuk memilih dan menggunakan sudut pandang tertentu di dalam cerita yang akan kita buat. Kita harus sudah bisa mengambil sikap naratif, antara mengemukakan cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya, atau oleh seorang narator yang diluar cerita itu sendiri. Jenis Sudut Pandang Dalam Cerita Sudut pandang umumnya dibagi kedalam empat jenis diantaranya sebagai berikut ini Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal Penulis sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti “aku’. A. “Aku” sebagai tokoh utama. Penulis adalah “aku ”sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita. Contoh Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada gedung megah biru dunker, inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi busa berukir khas jepara dibalik meja. Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil melirik buku yang tadi dibantingnya. Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan mata ke tanda pengenal meja disebelah buku itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah menatapku. Kulengoskan kepala keluar jendela, sementara mulutnya terus mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal aku. Rektor Itu Ayahmu, Sayang? – Ardyan Amroellah Catatan Tokoh “aku” tak mungkin mengungkapkan perasaan atau pikiran tokoh lain kecuali dengan perkiraan. Penulis harus memahami tokoh “aku” sesuai karakternya. Misalnya soal bahasa, perlu dilihat apakah “aku” adalah orang tua atau anak muda. Itu akan mempengaruhi gaya bahasa yang diucapkan. Mengenali dengan baik karakter “aku” adalah keharusan.. B. “Aku” sebagai tokoh bukan utama. Penulis adalah “aku ” dalam cerita tapi bukan tokoh utama. Keberadaan “aku” hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama. “Aku” adalah narator yang menceritakan kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi tokoh utama. Contoh Aku sudah mengetahui wajahnya sejak lama, sejak sekitar dua tahun lalu. Seminggu sekali dia datang ke salon itu, selalu. Aku kerap tertawa saat ingat kali pertama aku melihatnya. Lusuh, kusam, dekil, sama sekali tak berwarna. Tapi aku tahu, dia bak mutiara jatuh dalam kotoran dan ketakberuntungan. Tinggal membasuhnya saja sebelum moncernya kembali. Dan rupanya dia tahu bagaimana cara memelihara diri. Terbukti, tak ada tanda kekusaman yang muncul. Aih, aku jadi iri. Mimpimu Apa? – Ardyan Amroellah Catatan Teknik ini hampir mirip dengan Sudut Pandang Orang Ketiga. Hanya saja narator ikut terlibat sebagai tokoh. “Aku” hanya mengomentari apa yang dilihat dan didengar saja. “Aku” bisa mengungkap apa yang dirasakan atau dipikirkan tokoh utama, tapi hanya berupa dugaan dan kemungkinan berdasar apa yang “aku” amati dari tokoh utama. Sudut Pandang Orang Pertama Jamak Ini mirip dengan Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal, hanya saja menggunakan kata ganti “kami”. Narator menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok orang. Contoh Siang itu kami berkerumun di teras masjid, membahas isu hangat yang merebak di pondok. Secara beruntun, barang-barang kami hilang. Mi instan, uang, buku, hingga celana dalam. Hal terakhir itu sangat keterlaluan. Ajaibnya, kami berempat sama. Celana dalam kami habis. Percayalah, hanya sarung yang kami pakai saat ini. Ronaldo Dari Brazil – Anin Mashud Sudut Pandang Orang Kedua Penulis adalah narator yang sedang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu” atau “kau” atau “anda”. Contoh Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus sempurna! Maka jadi sejak tiga sejam lalu, kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, sampai riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa akan memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau mengambil parfum. Menyemprotkannya di belakang telinga, pergelangan tangan, selangkangan, dan ke udara. Sedetik berikutnya, kau melewati udara beraroma lili dan lavender itu, berharap supaya wanginya menempel di rambut dan blazer barumu. Novel The Girls’ Guide to Hunting and Fishing – Melissa Bank Catatan; Pembaca diperlakukan sebagai pelaku utama sehingga membuatnya menjadi merasa dekat dengan cerita karena seolah menjadi tokoh utama Penulis harus konsisten tak menyebut “aku” untuk berbicara dengan tokoh utama. Sudut Pandang Orang Ketiga Tunggal. Penulis ada di luar cerita tak terlibat dalam cerita. Penulis juga menampilkan para tokoh dengan menyebut namanya atau kata ganti “dia”. Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu. Penulis seperti Tuhan dalam karyanya, yang mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, termasuk motif. Penulis juga bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain. Bahkan bebas mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan para tokohnya. Contoh “Ibrahim?!” “Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah dipanggil pulang…” Jawaban itu tak memuaskan, Ranju masih dliputi ketakpercayaan saat si guide bertudung memintanya melanjutkan jalan. Secepat Ranju berkedip, secepat itu Ranju menjumpai pantai di matanya. Dan itu membuat Ranju mulai percaya ini tak dunia? Tidak, hatinya masih penuh logika. Meski Ranju ingat, dia tadi berjalan diatas air, dia tadi menghirup susu di parit kecil pinggir jalan, dia tadi menatap wanita–wanita elok yang menyapa genit. Ranju bermain–main di pikiran sampai–sampai si guide bertudun menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar pagar sebuah rumah kecil serupa rumah keluarga Amerika kelas menengah. Lelaki Di Tengah Lapangan – Ardyan Amroellah Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas. Penulis melukiskan segala apa yang dialami tokoh hanya terbatas pada satu orang atau dalam jumlah yang sangat terbatas. Penulis tak leluasa berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada satu atau dua tokoh saja. Contoh Selalu ada cita di dalam benaknya, untuk mabuk dan menyeret kaki di tengah malam, menyusuri Jalan Braga menuju penginapan. Dia akan menikmati bagaimana lampu-lampu jalan berpendar seperti kunang yang bimbang; garis-garis bangunan pertokoan yang berderet tak putus acap kali menghilang dari pandangan; dan trotoar pun terasa bergelombang seperti sisa ombak yang menepi ke pantai. Lagu Malam Braga – Kurnia Effendi Sudut Pandang Orang Ketiga Objektif Narator melukiskan semua tindakan tokoh dalam cerita namun tak mengungkapkan apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokoh cerita. Penulis hanya boleh menduga apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh ceritanya. Contoh Si lelaki tua bangkit dari kursinya, perlahan mengeluarkan pundi kulit dari kantung, membayar minuman dan meninggalkan persenan setengah peseta. Si pelayan mengikutinya dengan mata ketika si lelaki tua keluar. Seorang lelaki yang sangat tua yang berjalan terhuyung tetapi tetap dengan penuh harga diri. “Kenapa tak kau biarkan saja dia minum sampai puas?” tanya si pelayan lain. Mereka berdua menurunkan semua tirai. “Belum jam setengah dua.” lanjutnya. “Aku ingin cepat pulang dan tidur.” Tempat yang Bersih Terang – Ernst Hemingway Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak Penulis menuturkan cerita berdasarkan persepsi atau kacamata kolektif. Penulis akan menyebut para tokohnya dengan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak; “mereka”. Contoh Pada suatu hari, ketika mereka berjalan-jalan dengan Don Vigiliani dan beberapa anak lelaki dari kelompok pemuda. Dalam perjalanan pulang, mereka melihat ibu mereka di sebuah kafe di pinggir kota. Dia sedang duduk di dalam kafe itu; mereka melihatnya melalui sebuah jendela dan seorang pria duduk bersamanya. Ibu mereka meletakkan syal tartarnya di atas meja. Ibu – Natalia Ginzburg. Sudut Pandang Campuran Penulis menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”, “kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia”. Catatan Biasanya teknik ini dipakai dalam cerita yang membutuhkan halaman banyak. Perlu ketelitian dalam setiap fragmen saat penulis mengubah sudut pandang. SUDUT PANDANG ORANG KEDUA PENJELASAN KHUSUS Dibandingkan unsur–unsur pembentuk cerita lainnya, penulis–penulis Indonesia cenderung lambat dalam mengeksperimen dan membarui penggunaan sudut pandang dalam penerapannya pada karya. Selama ini secara umum kita hanya mengenal dua macam sudut pandang, yaitu Sudut Pandang Orang Pertama dan Sudut Pandang Orang Ketiga. Sama sekali tak ada teori dan penggunaan Sudut Pandang Orang Kedua. Mengapa seperti itu? Jawaban semua penulis rata–rata sama. Sulit. Sebagai gambaran singkat. Misalnya seseorang yang bernama Andi, bercerita kepada temannya, Budi. Ada dua kemungkinan Andi menceritakan dirinya dengan berkata, “Pagi ini aku berangkat pagi.” Dalam hal ini, Andi menggunakan sudut pandang orang pertama aku. Kemungkinan kedua, Andi menceritakan orang lain. Misalnya dengan, “Tadi siang dia makan siang.” Di sini, Andi menggunakan sudut pandang orang ketiga dia. MUNGKINKAH ANDI BERCERITA KEPADA BUDI TENTANG BUDI? Dalam keadaan normal, kejadian semacam ini mustahil terjadi sebab apa yang dialami Budi tentunya Budi sendiri yang lebih tahu. Hal itu seperti mengharapkan dalang bercerita soal Arjuna kepada Arjuna yang menontonnya. Jelas Arjuna lebih tahu kisah dirinya sendiri dibanding dalang. Itu jika normal. Jika tak normal apakah bisa? Dan bagaimana praktiknya jika bisa? Kembali ke pengandaian diatas. Jawabannya adalah bisa saja ketika Arjuna kehilangan informasi tentang dirinya atau kejadian yang dialaminya, karena mungkin dia pingsan atau tidur, lalu Arjuna minta keterangan dalang sehingga dalang akan menginformasikan, “Waktu tidur tadi kau berjalan keluar kamar, tapi matamu meram.” Kondisi terakhir ini dapat melahirkan sudut pandang orang kedua kau, kamu asalkan dalang konsisten tak menyebut dirinya sebagai “aku”. Dalam bentuk cerita, pembaca hanya akan melihat Arjuna yang disapa dengan kata ganti ”kau”, sedangkan dalang tak terlihat dan dianggap oleh pembaca sebagai penulis cerita. Jika dalang tergoda untuk memasukkan dirinya ke dalam peristiwa, misalnya dengan menambahkan, “Lalu aku menepuk pundakmu,” maka sudut pandang berubah menjadi orang pertama. Tetapi sudut pandang akan tetap orang kedua jika dalang menceritakan dirinya tidak dengan kata ganti orang pertama, misalnya dengan mengatakan, “Lalu seseorang menepuk pundakmu.” Dari pengertian ringkas di atas, dapat dimengerti jika sudut pandang orang kedua jarang sekali dipraktikkan oleh para penulis. Tapi bukan berarti tak ada. Coba baca Dadaisme karya Dewi Sartika, Cala Ibi karya Nukila Amal, dan Kabar Buruk dari Langit buatan Muhiddin M. Dahlan. Meski sudut pandang orang kedua pada ketiga novel ini tidak utuh atau tidak sepenuhnya dipakai dalam keseluruhan novel. Sudut pandang yang digunakan dalam sastra biasanya hanya sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Untuk sudut pandang orang pertama dibagi dua yaitu sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan orang pertama sebagai pelaku sampingan. Sedangkan sudut pandang orang ketiga dibagi dua yaitu orang ketiga sebagai mahatahu/serbatahu dan orang ketiga sebagai pengamat. Jadi sudut pandang orang ketiga pelaku utama dan orang ketiga pelaku sampingan tidak ada. kalau perbedaan yang mudah diingat antara sudut pandang orang ketiga serba tahu & pengamat, bagaimana ya ? kalau orang ketiga serbatahu berarti bisa tahu segalanya bahkan sampai pikiran tokohpun tahu, tetapi kalau orang ketiga sebagai pengamat maka hanya melukiskan apa yang dilihat atau sebatas indranya. Mohon maaf sebelumnya, tp knp dalam soal2 bahasa indonesia msh ada sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh atau pelaku utama? Mohon penjelasannya… terima kasih.. didalam soal penggunaan sudut pandang tersebut digunakan sebagai pengecoh saja. Kak,ap yag d’maksud sudut pandang orang pertama sebagai pengamat beserta cntoh’x sudut pandang orang I sebagai pengamat tidak ada. Sudut pandang orang pertama hanya dibagi menjadi orang I sebagai pelaku utama dan orang I sebagai pelaku sampingan. sudut pandang orang ketiga dibagi menjadi orang III sebagai pengamat dan orang III maha tahu. Baca Juga “Ikhtisar” Pengertian & Ciri – Kegunaan – Cara Membuat – Contoh “Karangan” Pengertian & Jenis – Fungsi – Manfaat – Unsur “Sinopsis” Pengertian & Fungsi – Cara Membuat – Contoh “Kutipan” Pengertian & Tujuan – Fungsi – Jenis Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
PertanyaanPandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain yang membentuk cerita disebut ….Pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain yang membentuk cerita disebut ….latarsudut pandangamanatalurtemaRIR. IndrianiMaster TeacherMahasiswa/Alumni UIN Syarif Hidayatullah JakartaJawabanjawaban yang tepat adalah yang tepat adalah satu unsur intrinsik dalam karya sastra adalah sudut pandang, yaitu cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain dalam sebuah cerita kepada pembaca. Sudut pandang dapat dibagi menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah satu unsur intrinsik dalam karya sastra adalah sudut pandang, yaitu cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa lain dalam sebuah cerita kepada pembaca. Sudut pandang dapat dibagi menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!4rb+
Ilustrasi Sudut Pandang Adalah, sumber PixabayDalam proses menulis suatu cerita sebelum jadi buku, cerita pendek atau pun cerita bersambung, penulis atau pengarang akan membuat semacam plot cerita, yang termasuk di dalam plot tersebut adalah sudut pandang atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan Point of View POV. Sudut Pandang adalah sangat memengaruhi alur cerita dan penyajiannya secara utuh. Karena itulah penulis harus paham mengenainya dan jenis-jenis dalam menentukan POV cerita itu. Jenis-jenis Sudut Pandang Adalah Teknik BerceritaDari Buku Be Smart Bahasa Indonesia, Kumpulan Soal untuk Kelas VII SMP/Mts Halaman 62, yang diterbitkan oleh Grafindo Media Pratama, tahun 2008, yang dimaksudkan dengan Sudut Pandang adalah visi pengarang atau cara pengarang mengambil posisi dalam cerita. Sudut pandang ini kemudian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Sudut Pandang First Person atau Sudut Pandang Orang PertamaSudut Pandang Third Person atau Sudut Pandang Orang KetigaDari dua jenis sudut pandang tersebut, dibagi lagi menjadi 4 kategori yaituSudut Pandang First Person Peripheral Sudut Pandang Orang Pertama TunggalSudut Padang Third Person Ominiscient Sudut Pandang Third Person LimitedSudut Pandang orang pertama tunggal atau tokoh utama cerita, penulis cerita menggunakan kata aku, sedangkan First Person Peripheral, dikenal juga dengan sudut pandang orang kedua, tokoh pendamping, tokoh tambahaan. Bagaimana dengan Sudut Pandang adalah Orang Ketiga? Dalam cerita, orang ketiga adalah pengamat, atau campuran dari orang pertama dan orang ketiga. Seperti itu sedikit ulasan mengenai sudut pandang adalah gaya pengarang dalam menuliskan ceritanya. Semoga bermanfaat untuk yang ingin mendalami dunia kepenulisan cerita fiksi.IJS
dalam pementasan teater sudut pandang pengarang disebut juga dengan